11/19/2016 0 Comments Merangkum 1 Tahun Perjalanan : The 10 Most Memorable Trips from Sabang to Morotai (Part 1)On a peaceful sunday morning with a 330 ml of Nu Milk Tea. Melanjutkan kegiatan (yang dipaksain) supaya rutin setiap akhir pekan untuk menulis. Paling tidak, dalam lima hari produktif dan dua hari libur bisa menghasilkan minimal empat artikel. Agak ngoyo sih, tapi ini tuntutan yang relatif efektif untuk membuat otak terus hidup dan menggelorakan jiwa dan raga.
Seperti sebelumnya, kegiatan akhir tahun dihabiskan untuk menyusun laporan kegiatan. Beberapa perjalanan ke kota-kota di Indonesia hanya terekam melalui foto. Kini saya merekamnya kembali untuk dapat dibaca lebih banyak orang dan menginspirasi mereka untuk berkeliling nusantara yang begitu indah ini. Sejauh ingatan saya, sisi paling barat yang pernah saya kunjungi adalah Sabang di Aceh. Sementara sisi paling timur Indonesia adalah Motorai di Maluku Utara. Keinginan untuk bisa berkunjung ke Raja Ampat di Papua Barat sirna sudah seiring dengan pemangkasan kegiatan monev. Poin utamanya tetap sama, saya berkunjung untuk bekerja. Namun demikian, menceritakan pekerjaan yang sesungguhnya tentu akan membosankan. Jadi, ada baiknya kita ambil sisi lain dari perjalanan tersebut dengan menghadirkan cerita-cerita berkesan untuk setiap destinasi. Dalam sebuah trip, tentu saya tidak mengunjungi semua destinasi unggulan yang ada karena keterbatasan waktu. Namun hal ini cukup untuk menghadirkan sisi-sisi terbaik dari setiap sisi Indonesia agar tidak terlewatkan. Cerita lengkap akan diulas dalam artikel yang (baru) akan disusun, namun berikut saya highlight 10 momen terbaik perjalanan dengan penilaian saya pribadi dari destinasi-destinasi yang pernah saya kunjungi, from Sabang to Morotai : 1. Sebuah potret kota syariah di Aceh dan the most heart-breaking of tsunami stories Bagi saya, Aceh merupakan wisata spiritual yang sempurna. Dengan sebutan Bumi Serambi Mekah, Aceh menerapkan syariat Islam dengan ikon Masjid Baiturahman yang megah. Bukti-bukti kekuasaan Tuhan terlihat nyata dan dapat ditemukan rekamnya di Museum Tsunami. Di sana diceritakan tentang bagaimana gempa 9,3 menurut skala Richter dan tsunami setinggi pohon kelapa meluluhlantakkan Aceh. Pemandangan menakjubkan bisa ditemui di Monumen PLTD Apung dimana kapal dengan berat 2.600 ton terseret gelombang tsunami hingga sejauh 4-5 kilometer dari letak awalnya di Pelabuhan Ulee Lheue ke Punge Blang Cut, Banda Aceh. Tanda kekuasan-Nya juga ditunjukkan ketika berkunjung ke dua masjid kecil di pesisir, Baitturahim dan Rahmatullah. Tampak dari foto, masjid tersebut merupakan satu-satunya bangunan yang masih berdiri meski diterjang tsunami. Sempatkanlah ibadah di sana dan selepas sholat biasanya ada 3-4 ‘Nenek Tsunami’ mereka biasa disebut yang menjadi saksi hidup tentang ganasnya tsunami. Mereka akan menceritakan kisahnya mampu selamat dari gulungan ombak meski hanya dengan sebongkah kayu yang terapung. Manusia hanya butiran debu, bahkan lebih kecil. Biasanya itulah hasil dari renungan selepas berwisata kalbu di Aceh. Agar seimbang, ada baiknya juga mencicipi kuliner khas Aceh yang menjadi surga bagi pecinta masakan dengan bumbu yang berani. Jangan pernah melewatkan Mie Aceh dan Sate Matang khas Aceh yang kaya rasa itu. 2. Menginjakkan kaki di bumi Laskar Pelangi sembari menyeduh Kopi Kong Djie Belitung mendadak populer saat buku karya Andre Hirata yang berkisah tentang cerita anak bangsa melewatkan hari-hari jenakanya untuk bersekolah di pelosok diangkat menjadi sebuah film. Laskar Pelangi mengenalkan Belitung dengan fenomenal dengan tak hanya mengambil sisi edukasi, namun juga mengangkat wisata pantai-pantai indah berhiaskan batu-batu granit besar menjadi ikon khas. Jangan sedih, dalam paket trip ke Belitung, kunjungan wisata ke replika sekolah Laskar Pelangi biasanya sudah ada dalam list. Jika malam tiba, sempatkanlah menyeduh kopi panas seduh Kong Djie. Jenis kopi yang ditawarkan tersebut adalah jenis robusta dan arabika dengan penyeduhan menggunakan arang. Belitung sendiri tidak menghasilkan kopi, biji-biji kopi tersebut didatangkan dari Pulau Jawa dan Lampung kemudian diolah di Belitung. Selain greget diminum karena disajikan panas, kopinya ada pahit-manis-gurih-nya gitu. Kopi khas tersebut juga bisa dibeli sebagai oleh-oleh dengan harga 35 ribu rupiah per bungkus. Jika Anda penyuka makanan, mie Belitung dan kepiting isi adalah dua menu yang tidak boleh disia-siakan. 3. Menyeberang ke Pulau Karimunjawa via Kota Jepara Perjalanan ke Pulau Karimunjawa bisa ditempuh melalui penerbangan langsung dari Semarang atau Surabaya menuju Dewadaru Airport dengan pesawat baling-baling. Namun karena keterbatasan jadwal, cuaca, dan seat capacity, ada baiknya Anda mencoba melalui jalur darat ke Jepara dan dilanjutkan dengan kapal cepat Express Bahari. Perjalanan dari Semarang menuju Jepara bisa ditempuh dalam waktu 3 jam. Setibanya di pelabuhan Kartini Jepara, penumpang bisa membeli tiket untuk kapal penyeberangan yang nyaman dan full AC. Tidak hanya itu, di kapal juga disediakan hiburan musik dan karaoke-an. Setibanya di Karimunjawa, biasanya pengunjung akan kebingungan untuk menuju ke penginapan karena tidak ada angkutan umum seperti angkot atau bus. Yang perlu diperhatikan adalah sistem transportasi di Pulau Karimunjawa berbeda dari destinasi wisata lain. Di sana pengunjung dapat menyewa rental mobil yang dihitung per tujuan dengan biaya 50 ribu rupiah (sistem rit). Tidak peduli mau jauh atau dekat yang penting satu tujuan satu kali bayar. Untuk wisata bahari, Pulau Karimunjawa menawarkan keindahan bawah laut yang indah dengan terumbu karang yang masih terjaga. Masyarakatnya sudah sadar wisata dimana terlalu banyak membawa wisatawan meng-eksplore spot bawah laut juga berpotensi merusak karang. Kelebihan Karimunjawa selain dari sisi alam, juga ada di pemandu snorkeling dimana di pulau ini lah saya baru menemukan peserta snorkeling diberikan briefing dan latihan secara lebih manusiawi. Dimulai dari latihan di air dangkal hingga ke spot snorkeling populer di Menjangan Kecil dan Besar. Sehingga peserta pemula yang belum pernah snorkeling pun akan benar-benar bisa dan berani untuk turun ke air karena tidak langsung diterjunkan ke air dalam. Secara keseluruhan, Karimunjawa menawarkan fasilitas yang cukup memadai mulai dari penginapan, fasilias snorkeling, dan spot bawah laut. Bagi pecinta momen syahdu terbenamnya matahari, spot terbaik ada di Pantai Tanjung Gelam. 4. Mengenal budaya Jawa dengan melihat koleksi lengkapnya di Ullen Sentalu Jogja adalah perpaduan antara keromantisan dan keramah-tamahan Jawa. Warisannya abadi dan menginspirasi banyak orang untuk memahami setiap nilai-nilai luhur budaya Jawa. Semuanya disajikan dengan cantik dalam sebuah museum swasta, Ullen Sentalu. Museum ini bercerita tentang Kasultanan Yogyakarta hingga kisah Dinasti Mataram yang pernah menguasai Yogyakarta. Museum ini dirintis sejak tahun 1994 namun baru diresmikan pada 1 Maret 1997. Pengunjung dapat menemukan koleksi lukisan raja-raja Mataram, pakaian kebangsawanan, senjata para raja, kumpulan syair-syair indah dan surat pertemanan, kain-kain batik, dan benda-benda pusaka. Di museum ini, pengunjung tidak dapat mengambil foto di setiap ruangan. Menurut pemandu, mengambil foto dapat merusak karya seni yang otentik dan menganggu nyawa yang berada di ruangan tersebut. Sebelum mencapai pintu keluar, terdapat areal taman yang sangat indah dengan kolam yang dihiasi oleh bunga teratai. Sebagai orang Jogja, saya selalu merekomendasikan museum ini sebagai hot list destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Tidak hanya well-representative of Java history, museum ini juga asri didukung dengan pemandu museum yang cukup informatif. 5. Meski dingin menusuk tulang, sunrise di Bromo menjadi The Unexpressed Moment Pernahkah menonton film-film luar (contoh: film korea) dimana para aktornya mengeluarkan semacam asap dari mulutnya ketika berbicara pada saat musim dingin? Nah! Momen tersebut bisa direalisasikan ketika pengunjung berada di puncak Bromo khususnya saat subuh menunggu matahari terbit dari ufuk timur. Dingin angin yang berhembus benar-benar menusuk tulang. Namun seiring waktu menjadi hangat ketika matahari mulai muncul dari sela-sela bukit disertai kabut yang memudar. Dalam efek lensflare dan pudarnya kabut-kabut tipis, pengunjung akan terpesona dengan pemandangan hamparan pasir kaldera Bromo. Selepas sunrise, wisatawan biasanya akan diajak berkeliling di kaldera yang berdiameter 8-10 kilometer menggunakan mobil Jeep. Saat berada di padang savana dekat sisi Pos Bantengan, dinding kalderanya mengelilingi dengan sudut sangat terjal dengan kemiringan sekitar 60-80 derajat dengan tinggi berkisar antara 200-600 meter. Waktu yang terbaik mengunjungi kawasan wisata Bromo adalah pada saat musim kemarau antara bulan Mei sampai Oktober karena pengunjung bisa menikmati keindahan panorama gunung bromo dengan sempurna. Bersambung. 6. Mengenal Desa Tradisional Sade di Lombok 7. Mengitari Pulau Wangi-wangi Wakatobi dan temukan spot snorkeling terbaik 8. Meneropong kota Indah Gorontalo dari Benteng Otanaha 9. Luwuk, kota kecil bermandikan cahaya di malam hari 10. Orang menyebutnya surga, pulau pasir putih di Morotai
0 Comments
Leave a Reply. |