2/8/2017 0 Comments Jakarta Contemporary Ceramics Biennale: lihat-lihat pameran keramik biar jadi anak artsyBerkunjung ke galeri seni memang selalu menarik. Tidak hanya bagi yang orang-orang yang mengerti tentang seni, namun juga untuk kaum-kaum kepo yang menyukai hal unik. Memang terkesan norak, tapi pameran seperti ini seringkali menyuguhkan tampilan yang bikin kita suka banyak nanya. Nah saya salah satu kaum itu. Tapi yang pasti, saya bisa jadi anak artsy nih dengan sering-sering nongkrongin pameran seni.
Akhir tahun lalu, di Galeri Nasional Indonesia menggelar Jakarta Contemporary Ceramics Biennale. Konsep dari pameran ini menampilkan karya-karya dari 41 seniman yang berasal dari 20 negara dalam bentuk seni keramik kontemporer. Mengusung tema “Ways of Clay: Perspectives Toward the Future”, JCCB ini menjadi perhelatan seni keramik terbesar di Asia Tenggara. Melalui tema tersebut, JCCB dikemas dengan menekankan perspektif dalam memahami praktik seni keramik di masa depan. Tidak hanya dilihat dari sejarah seni keramik itu sendiri, namun juga memahami sejarah penggunaan material berupa lempung (tanah liat) dan media keramik dalam praktik seni rupa. Hingga kini, lempung dan keramik selalu menarik perhatian bagi para perupa dari berbagai latar belakang dan menjadi premis JCCB untuk selalu melibatkan peserta dari latar belakang bukan pekeramik. Penyelenggaraan JCCB kali ini juga berbeda dari sebelumnya karena dalam persiapannya dimulai dengan program residensi. Sebanyak 20 seniman residensi baik internasional maupun dari berbagai negara ditempatkan d desa kerajinan keramik, studio seniman, sekolah keramik, hingga keramik industry, Ada dua alas an mengapa residensi ini penting dan menjadikannya sebagai pola baru untuk penyelenggaran ke depan. Pertama, diharapkan suatu biennial internasional akan menjadi lebih menarik jika ada suatu interaksi antara para seniman dengan komunitas di mana seniman itu berada dalam suatu lokasi. Kedua, residensi menghasilkan kaitan antara seniman dengan residensi dimana mereka ditempatkan. Lalu apa bedanya JCCB dengan pameran keramik internasional lainnya? Tentu berbeda karena JCCB melibatkan peserta non-keramikus. Hampir semua pameran internasional keramik diikuti dan memang diperuntukkan bagi para pekeramik. Para Seniman Residensi : Angie Seah (Singapura) - Arya Pandjalu (Indonesia) - Awangko Hamdan (Malaysia) - Danijela Pivašević-Tenner (Serbia/Jerman) - Eddie Hara (Indonesia/Swiss) - Elodie Alexandre (Perancis/India) - He Wenjue (China) - Joris Link (Belanda) - Jose Luis Singson (Filipina) - Joseph Hopkinson (Wales/United Kingdom) - Kawayan De Guia (Filipina) - Ljubica Jocic Kneževic (Serbia) - Maria Volokhova (Ukraina/Jerman) - Nao Matsunaga (Jepang/united Kingdom) - Pei-Hsuan Wang (Taiwan) - Richard Streitmatter-Tran (Vietnam) - Ryota Shioya (Jepang) - Soe Yu Nwe (Myanmar) - Thomas Quayle (Australia) - Uji ‘Hahan’ Handoko (Indonesia) Seniman (non–Residensi) : Agugn Prabowo (Indonesia) - Alice Couttoupes (Australia) - Ane Fabricus Christiansen (Denmark) - Antonella Cimatti (Italia) - Clare Twomey (United Kingdom) - Diego Akel (Brazil) - Eddie Prabandono (Indonesia) - Eva Larsson (Swedia) - Geng Xue (China) - Gita Winata (Indonesia) - Heri Dono (Indonesia) - Kyoko Uchida (Jepang) - Kyungwon Baek (Korea Selatan) - Masha Ru (Rusia/Belanda) dan Dina Roussou (Yunani/Belanda) - Mohamad Rizal Salleh (Malaysia) - Nadya Savitri (Indonesia) - Panca DZ (Indonesia) - Sarah O’Sullivan (Australia) - Takashi Hinoda (Jepang) - Teri Frame (United States) - Tomoko Sakumoto (Jepang). Saya mungkin hanya penikmat seni, yang melihatnya sebagai sebuah karya yang enak dipandang mata dan menjadi unik karena baru pertama kali melihat. Karena untuk memahami makna dari setiap karya tentunya tergantung perspektif masing-masing. Namun yang jelas, karya-karya indah ini yang membuat hal kecil menjadi sebegitu punya arti, bahkan untuk keramik sekalipun. Salam anak artsy! 1. Biennale: (diucapkan [bi.enˈnaːle]), bahasa Italia untuk "bienial" atau "setiap tahun lainnya", adalah acara apapun yang diadakan setiap dua tahun. Istilah biennale paling sering digunakan dalam dunia seni untuk mendeskripsikan pameran seni kontemporer internasional skala besar. 2. Referensi: Galeri Nasional Indonesia
0 Comments
Leave a Reply. |